Delegasi UNEP selanjutnya melihat Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan. Lokasi daur ulang sampah yang dibangun tahun 2016 ini dapat mengelola 5-6 ton sampah perhari dengan kapasitas maksimum 20 ton/hari. Income harian dari sampah yang terolah adalah Rp 6 juta/hari.
Lokasi daur ulang ini juga menerapkan teknologi Black Soldier Fly (BSF) yang merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya.
Teknologi ini memanfaatkan larva lalat untuk memakan sampah organik dari sisa makanan/limbah rumah tangga dengan kemampuan, yaitu setiap 10 ribu larva, mampu mengurai limbah sebanyak 12 kilogram, dalam 12 hari.
Masih di Kecamatan Jambangan, rombongan melihat keberhasilan bank sampah. Keberadaan bank sampah di kecamatan tersebut berhasil mengajak warga untuk menabung dengan cara menyetorkan sampah yang kemudian setelah terkumpul akan dijual dan hasil uangnya dapat diambil lagi oleh masyarakat saat membutuhkan, seperti pada momen hari raya atau pada saat anak masuk sekolah.
Mengakhiri kunjungan, Delegasi UNEP mencoba Suroboyo Bus, yaitu transportasi ramah lingkungan yang mensyaratkan pembayaran ongkos bus dengan sampah plastik.
Bagi penumpang yang akan naik dapat memilih untuk membayar ongkos bus, yaitu antara membawa 5 botol ukuran tanggung atau 3 botol besar atau 10 gelas air mineral atau kantong plastik (kresek) dan kemasan plastik. Dengan begitu, penumpang bisa berkeliling Surabaya selama 2 jam secara gratis.*
Komentar tentang post