“FOSIL HIDUP” ini sudah ada ratusan juta tahun lalu. Bertahan dari kepunahan massal di bumi.
Satwa ini, memiliki darah biru yang sesungguhnya. Hidupnya lebih banyak di kawasan mangrove.
Tachipleus gigas nama ilmiah yang disandang hewan ini. Dalam bahasa Indonesia disebut Ketam tapak kuda.
Adapula yang menyebut Kepiting tapal kuda. Dalam bahasa Inggris disebut Horseshoe crab.
Bahasa lokal untuk satwa ini biasa disebut Mimi atau Belangkas.
Bentuk tubuhnya mirip ikan pari, dengan ekor memanjang. Ketam tapak kuda memiliki 10 mata.
Dalam dunia kedokteran, darah Tachipleus gigas sangat berharga karena digunakan untuk bahan penguji endotoksin dan dapat mendiagnosis penyakit.
Darahnya yang biru berisi hemosianin, yang mahal harganya.
Harga yang mahal ini membuat Ketam tapak kuda rawan diselundupkan. Seperti pada Maret 2017 lalu, di Sumatera Selatan, satwa ini akan diselundupkan ke Malaysia.
Petugas Balai Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) dan Polair Kepolisian Daerah Sumatera Selatan menangkap penyelundup Ketam tapak kuda. Petugas mendapati sebanyak 5.000 ketam tapak kuda dalam keadaan mati dan 57 yang masih hidup di perairan Sungsang.
Tachipleus gigas termasuk biota yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Komentar tentang post