Jakarta – Pengembangan lokasi budidaya udang termasuk salah satu yang berandil mengurangi luasan mangrove di Indonesia. Padahal, keberadaan mangrove ini sangat penting untuk mempertahankan kualitas dan keseimbangan lingkungan. Selain itu sebagai peredam erosi, melindungi tambak dan pemukiman, serta penangkap karbondioksida.
Kini manfaat mangrove bertambah lagi dengan adanya hasil penelitian sebagai pencegah penyakit udang. Penyakit udang sangat meresahkan bagi pembudidaya. Karena, udang yang terkena penyakit, akan membawa kematian massal hingga 100 persen di dalam tambak.
Penyakit udang yang mematikan ini, seperti bintik putih/ White Spot Syndrome (WSS) dan bakteri vibrio. Udang yang terjangkit penyakit bintik putih, pada proses awal akan langsung menyerang organ lambung, insang, kutikula epidermis, dan jaringan ikat hepatopankreas.
Setelah udang terjangkit penyakit berat akan muncul bintik-bintik putih berdiameter 0,5-2 mm pada lapisan dalam eksoskeleton dan epidermis. Udang udang tidak makan dan berdampak kematian massal di tambak.
Untuk mencegah penyakit udang, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros – Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), melakukan penelitian mangrove sebagai obat penawar penyakit udang.
Komentar tentang post