Darilaut – Spesies anoa tidak banyak lagi dapat dijumpai di Pulau Sulawesi. Biasanya, hewan endemik ini dapat ditemui di kawasan hutan mangrove hingga pegunungan.
Dalam perkembangan, populasi anoa, berdasarkan data dalam Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) atau Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam diperkirakan tidak lebih 2.500 individu.
“Berdasarkan data IUCN Red list diperkirakan populasi anoa di seluruh wilayah Sulawesi tidak lebih 2.500 individu,” Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, Askhari Dg Masikki.
Menurut peneliti dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB Univeristy, Dr Abdul Haris Mustari (2020) anoa dapat dijumpai mulai dari hutan mangrove, hutan pantai sampai hutan pegunungan, pada ketinggian sekitar 2500–3000 meter dpl (di atas permukaan laut).
Di Pulau Sulawesi terdapat dua jenis anoa: anoa dataran rendah (Bubalus Depressicornis) dan Anoa gunung (Bubalus quarlesi).
Anoa dataran rendah menghuni hutan dataran rendah pada ketinggian 0 – 1000 m dpl, sedangkan anoa gunung lebih sering dijumpai pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl.
Namun pembagian ketinggian tempat tidaklah mutlak, karena sering juga anoa gunung dijumpai pada habitat di bawah 1000 m dpl, bahkan sering dijumpai di hutan pantai mencari mineral.
Selain hutan primer, anoa dapat dijumpai di hutan sekunder dan hutan yang berbatasan dengan kebun untuk mencari makan. Namun satwa ini akan selalu menjadikan hutan primer sebagai tempat berlindung tetapnya (cover).
Menurut Mustari anoa sering mengunjungi sumber air panas dan sumber air mineral atau belerang.
Penyebaran alami anoa dapat dijumpai di kawasan konservasi dan hutan di Pulau Sulawesi seperti di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan, serta Pulau Buton.
Anoa sering mengunjungi sumber air panas dan sumber air mineral atau belerang.

Dalam Manual Identifikasi dan Bio-Ekologi Spesies Kunci di Sulawesi (2020) Mustari menjelaskan anoa termasuk satwa ruminansia browser. Hewan ini lebih banyak memakan dedaunan daripada rerumputan.
Hasil penelitian Mustari (1995, 2003, 2019) menunjukkan bahwa di alam, anoa mengonsumsi lebih 140 spesies tumbuhan; jenis makanan anoa terutama tumbuhan dikotil (70%) yaitu daun lebar serta berbagai jenis tumbuhan bawah dan liana.
Anoa juga memakan tumbuhan monokotil seperti berbagai jenis rumput, bambu, dan berbagai jenis buah yang jatuh ke lantai hutan seperti buah kayu hitam (Diospyros malabarica, D. celebica), berbagai jenis beringin (Ficus spp), dongi (Dillenia serrata, D.ochreata, D.celebica), rao (Dracontomelon
mangiferum, D.dao), huhubi (Artocarpus dasyphyllus), kase (Chisoceton ceramicus), matoa (Pometia pinnata), daun, pucuk, dan rebung bamboo (Bambusa spp.), dan sukun hutan (Artocarpus sp.).
Penelitian Mustari, bagian tumbuhan yang dimakan anoa, 79% daun, dan sekitar 20% adalah buah.
Di antara spesies kerbau, genus Bubalus, anoa adalah spesies yang paling banyak mengonsumsi buah, sesuai dengan habitatnya, hutan tropis Sulawesi.
Setiap tahun, populasi anoa terus berkurang. Berkurangnya populasi anoa ini karena perburuan dan perdagangan satwa liar yang puluhan tahun marak di Sulawesi.
Komentar tentang post