Darilaut – Bencana alam tsunami non tektonik beberapa kali terjadi di wilayah Indonesia. Sejarah mencatat, ada bencana alam tsunami non tektonik yang menelan korban jiwa sangat besar.
Bencana alam ini seperti tunami Gunungapi Gamkonora (1673), tsunami G. Gamalama (1763), tsunami G. Gamalama (1840), tsunami G. Awu (1856), tsunami G. Ruang (1871), tsunami G. Krakatau (1883), tsunami G. Rokatenda (1928), dan tsunami Waiteba NTT akibat longsor tebing pantai (1979).
Tsunami non tektonik yang belum lama ini terjadi seperti tsunami di Pandeglang, Selat Sunda, Banten yang terjadi tahun 2018. Ini terjadi akibat longsor lereng gunung ke laut, yang dipicu erupsi Gunungapi Anak Krakatau.
Saat terjadinya gempa bumi magnitudo 6,1 di Pulau Seram Maluku Tengah, 16 Juni lalu yang juga mengakibatkan longsor lereng pantai sehingga berdampak tsunami dengan kenaikan muka air laut sekitar 50 cm.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati yang juga sebagai Chair Intergovernmental Coordination Group Indian OceanTsunami Warning and Mitigation System (ICG IOTWMS) sejak 2019, mengatakan, sampai saat ini belum ada negara yang memiliki sistem Peringatan Dini Tsunami non tektonik yang handal, cepat, tepat dan akurat.
ICG IOTWMS bertanggung jawab untuk memimpin Koordinasi Sistem Peringatan Dini dan Mitigasi Tsunami di 28 Negara di sepanjang Pantai Samudra Hindia.
Komentar tentang post