Darilaut – Gempabumi dahsyat dengan magnitudo 8,6 mengguncang Sulawesi Tengah. Catatan gempabumi disusul tsunami ini berpusat di Teluk Tomini, 83 tahun lalu.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengatakan, sejarah tsunami Parigi 20 Mei 1938. Sulawesi Tengah diguncang gempa M8,6 berpusat di Teluk Tomini.
Menurut Daryono melalui akun Twitter @DaryonoBMKG, di Toribulu air laut surut 80 meter kemudian muncul tsunami dahsyat 2 – 3 meter.
Terdapat 14 desa yang diterjang tsunami, sebanyak 17 orang meninggal. Korban juga ditemukan di Ampibabo – Parigi 200 orang.
Tsunami itu bukan hal baru bagi Indonesia. Hanya namanya saja diadopsi dari bahasa Jepang, kemudian menjadi istilah internasional.
Bila kita mendengar sejarah di kampung-kampung, cerita tentang gelombang besar yang dahsyat itu ada dalam ingatan orang-orang tua.
Seperti di Parigi Moutong. Kabupaten Parigi Moutong yang terletak di Teluk Tomini, masih menyimpan sejarah dan ingatan tsunami.
Dengarlah penuturan orang-orang tua di Desa Kakorotan, yang berada di Kabupaten Talaud, jauh di dekat perbatasan Filipina.
Secara administrasi, Kakorotan mencakup tiga pulau: Kakorotan, Intata dan Malo. Dulunya, orang-orang tua mengisahkan, tiga pulau ini menyatu.
Setelah terjadi tsunami tahun 1628, pulau ini pecah menjadi tiga. Sejak terjadi tsunami, muncul sistem eha dan mane’e mulai berkembang. Eha adalah masa pantang memanfaatkan sumberdaya laut.
Peristiwa tsunami lainnya di Sulawesi, pernah terjadi di Mapaga pada 1968 dan pantai barat Sulawesi tahun 1969.
Peristiwa gempabumi dan tsunami Palu terjadi pada 28 September 2018 banyak meninggalkan pelajaran penting yang bisa dijadikan kajian untuk mengurangi risiko kejadian potensial di masa mendatang.
Komentar tentang post