Darilaut – Selama lima tahun terakhir, penambang emas skala kecil di Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, telah menerapkan cara pengolahan bijih emas tanpa menggunakan merkuri.
Teknologi ini dikembangkan melalui Proyek GOLD-ISMIA (Global opportunities for Long Term Development – Integrated Sound Management of Mercury in Indonesia’s Artisanal and Small-scale Gold Mining Project).
Proyek ini difasilitasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Badan Riset dan Inovasi (BRIN) yang didukung oleh United Nations Development Programs (UNDP).
Selain di Gorontalo Utara, Proyek GOLD-ISMIA juga dikembangkan di lokasi Kulonprogo, Lombok Barat, Minahasa Utara, Halmahera selatan dan Kuantan Singingi.
Proyek GOLD-ISMIA berhasil menurunkan 23 ton penggunaan mMerkuri dan menghasilkan 3,3 ton emas bebas merkuri.
Hasil penambangan emas tanpa merkuri selama lima tahun tersebut disampaikan melalui lokakarya dan pameran hasil Proyek GOLD-ISMIA pada Rabu (7/12) di Jakarta.
Workshop menghadirkan hasil proyek GOLD-ISMIA selama 5 tahun di 6 lokasi: Kulonprogo, Lombok Barat, Minahasa Utara, Halmahera selatan, Gorontalo Utara dan Kuantan Singingi.
Capaian tersebut dilakukan melalui upaya peningkatan kapasitas pemerintah dan penambang pada Pertambangan Emas Skala Kecil kepada 2,935 orang.
Komentar tentang post