TINGGINYA ekspor ikan demersal campuran dari Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sebatik sebanyak 500 hingga 600 ton per bulan, berbanding terbalik dengan perikanan pelagis.
Di Sebatik khususnya, dan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, belum banyak nelayan dan pelaku usaha sektor kelautan yang memanfaatkan potensi ikan pelagis di Laut Sulawesi. Potensi yang berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 716 itu, praktis belum termanfaatkan.
“Banyak ikan pelagis, tapi bagaimana potensi ini bisa dimanfaatkan nelayan,” kata Kepala Subdirektorat Pemantauan dan Analisis Pengelolaan Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Syahril Abd Raup, Rabu (3/7).
Alhasil, ikan pelagis ini masuk ke Sebatik untuk konsumsi rumah tangga dan rumah makan didatangkan dari Tawau Malaysia, atau daerah lain di Indonesia.
Padahal, WPP 716 ini memiliki potensi perikanan sebesar 597.139 ton. Sejauh ini, nelayan yang telah memanfaatkan ikan pelagis di Laut Sulawesi, berasal dari Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara.
Berada di Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera, potensi perikanan yang boleh ditangkap di wilayah ini sebesar 477.712 ton. Yang terlalu banyak dimanfaatkan di perairan ini ikan karang dan cumi-cumi.
Komentar tentang post