Jakarta – Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto meminta agar pembagian potensi kerawanan bencana di Indonesia disesuaikan karakteristik daerah.
“Nantinya strategi mitigasi pengurangan risiko bencana bisa disesuaikan dgn karakteristik daerahnya,” kata Eko dalam penyampaian analisis gempa dan tsunami, serta rekomendasi mitigasi untuk pengurangan risiko bencana di Indonesia di Media Center LIPI, Jakarta, Selasa (2/10).
Pengurangan risiko bencana ini dapat dimasukkan dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di tiap dinas di daerah. Harapannya program pengurangan risiko bencana dapat dijalankan dengan mekanisme mudah dan murah.
“Seperti jika bisa masuk ke Dinas Agama tiap daerah, kita bisa menjadikan program pengurangan bencana sebagai bagian praktek sosial keagamaan,” ujar Eko.
Eko mengingatkan, sampai saat ini, belum ada satu pun teknologi di dunia yang mampu secara akurat dan presisi memprediksi kapan datangnya bencana, terutama gempa bumi.
“Jika ada pendapat yang menyatakan mampu memprediksi kapan terjadi gempa bumi beserta kekuatan magnitudo-nya, bisa dipastikan itu adalah hoax,” kata Eko.
Menurut Eko, waktu geologis gempa bumi bisa jadi lebih cepat 50 tahun, bisa jadi lebih lambat ratusan tahun. Kita sampai saat ini tidak mengetahui segmen mana lagi sesar aktif akan bergerak. Yang bisa kita lakukan adalah waspada dan siaga.*
Komentar tentang post