Darilaut – Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, Sarwono Kusumaatmadja, mengatakan dari sudut perkembangan perubahan iklim, terdapat gejala-gejala yang mengkhawatirkan.
Gejala akselerasi perubahan tersebut, kata Sarwono, berupa berbagai bencana yang tidak tipikal, seperti bencana kebakaran di California, Eropa serta Afrika Utara dan mencairnya bongkahan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan yang dapat mencapai 2- 5 miliar ton/hari.
Menurut Sarwono, karbon biru merupakan sumber lingkungan karbon yang mengurangi emisi penyebab perubahan iklim, sebagai dari sumber keanekaragaman hayati Indonesia yang berada di ekosistem pesisir.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar setelah kawasan pesisir terpanjang kedua Kanada harus berusaha keras memanfaatkan potensi jasa lingkungan penyerapan karbon yang ada di kawasan pesisir, kawasan mangrove, lahan basah dan padang lamun/lamun.
Ekosistem lahan basah di Indonesia khususnya laut dan pesisir memiliki kemampuan menyimpan karbon hingga empat kali lipat dibandingkan hutan tropis.
Jika ekosistem karbon biru seperti mangrove, lamun dan terumbu karang dijaga dengan baik, dampak baik tidak hanya untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, tetapi juga memberikan nilai jasa lingkungan untuk masyarakat lokal.
Komentar tentang post