redaksi@darilaut.id
Senin, 30 Januari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Tangkapan Ikan Tuna di Teluk Tomini Menurun

Tangkapan Ikan Tuna di Teluk Tomini Menurun

redaksi redaksi
17 Agustus 2021
Kategori : Berita, Bisnis dan Investasi
Ilustrasi ikan tuna. FOTO: DARILAUT.ID

Ilustrasi ikan tuna. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Hasil tangkapan ikan tuna jenis madidihang atau yellowfin tuna, makin menurun di perairan Teluk Tomini.

“Tangkapan ikan tuna di Teluk Tomini menurun, kami sudah ke Pangkalaseang dan Pulau Mangoli,” kata pengurus kapal penangkap ikan tuna di Gorontalo Feri Ishak, Jumat (13/8).

Wilayah penangkapan Pangkalaseang berada di perairan Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah dan Pulau Mangoli berada di Maluku Utara.

Biasanya, kata Ishak, ikan tuna selalu ada yang ditangkap hanya di Teluk Tomini. Kini, lokasi penangkapan makin jauh, di Laut Maluku.

Meskipun Laut Maluku masih berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) RI 715, sama seperti di Teluk Tomini, namun untuk ke lokasi ini membutuhkan biaya operasional yang besar dan waktu yang lebih lama untuk sekali melaut.

Dengan berpindahnya wilayah penangkapan ikan (fishing ground) biaya juga bertambah. Bila sudah ke lokasi yang jauh tidak ada hasil tangkapan ikan, banyak yang merugi.

Menurut Ishak, sejumlah kapal perikanan di Gorontalo yang khusus menangkap tuna belum beroperasi karena ikan di Teluk Tomini berkurang.

“Sekarang ini turun melaut selama dua minggu, syukur bisa balik modal,” ujar Ishak.

Kapal penangkap ikan tuna di Gorontalo bervariasi 12 sampat 25 GT (Gross tonnage). Biaya pengoperasian kapal tergantung lokasi penangkapan ikan.

“Banyak nelayan yang merasakan menurunnya hasil tangkapan ikan tuna di Teluk Tomini,” kata pengurus kapal perikanan, Irfan Kadir.

Selain kapal perikanan, terdapat lebih dari 1000 nelayan penangkap ikan tuna yang menggunakan motor tempel dan katinting di Gorontalo.

Nelayan penangkap ikan tuna yang menggunakan katinting Loyan Arsad juga merasakan menurunnya hasil tangkapan ikan tuna di Teluk Tomini.

“Tidak seperti tahun sebelumnya, tangkapan ikan tuna sudah menurun,” ujar Loyan.

Menurut Loyan, sebelumnya ikan tuna di Teluk Tomini sampai akhir 2019 selalu ada setiap kali melaut. Saat ini sudah jarang ikan tuna yang ada di rakit (rumpon).

Berkurangnya ikan tuna jenis madidihang yang biasa ditangkap nelayan Gorontalo mulai berkurang di tahun 2020.

Satwas Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Andi Tawakal, mengatakan perlu kajian lebih mendalam mengenai berkurangnya ikan tuna di Teluk Tomini.

Menurut Andi, PSDKP-Kementerian Kelautan dan Perikanan di Bitung sudah banyak membersihkan ponton (rumpon) Filipina.

Andi sebelumnya bertugas di PSDKP Bitung, kini sebagai Koordinator Satwas PSDKP Gorontalo Utara. Ratusan ponton eks asing sudah dibersihkan dan diamankan oleh PSDKP Bitung.

Berdasarkan catatan Darilaut.id, sebelumnya, antara 2016 hingga 2019, nelayan penangkap ikan tuna di Gorontalo sudah tidak lagi ke Laut Maluku. Di semua musim, barat maupun timur, ikan tuna dapat ditangkap di Teluk Tomini.

Pola migrasi atau kemunculan ikan yellowfin tuna di Teluk Tomini tidak dalam pola musim yang sama atau selalu ada dalam jumlah banyak di tiap musim.

Pada musim tertentu, ikan tuna dalam jumlah banyak di perairan Teluk Tomini. Kemudian, dalam beberapa tahun, tuna hanya bisa ditangkap pada musim barat, itu pun terbatas tiga atau empat bulan.

Populasi Ikan madidihang atau nama lokal Gorontalo bukurasi, paling banyak di Teluk Tomini, mulai bulan Agustus hingga Desember. Jumlah ikan ini kemudian menurun. Namun, tetap ada hasil tangkapan tuna.

Nelayan akan berpindah lokasi penangkapan ke Laut Maluku, bila sudah tidak ada hasil tangkapan ikan tuna di Teluk Tomini.

Kebanyakan nelayan yang menangkap ikan tuna di Gorontalo menggunakan pancing dan mengandalkan rumpon. Biasanya ikan tuna ini juga tidak lama di rumpon, karena akan berpindah lagi.

Terdapat pula nelayan penangkap ikan tuna dengan menggunakan alat bantu layang-layang. Perahu yang digunakan dengan mesin katinting dan motor tempel.

Untuk sekali melaut, nelayan pemancing ikan tuna yang menggunakan motor tempel paling sedikit mengeluarkan biaya Rp 1 juta untuk lokasi di Teluk Tomini. Ongkos ini sudah termasuk bahan bakar minyak, makan dan biaya lainnya.

Nelayan yang menggunakan katinting, biaya operasi lebih rendah lagi karena bisa balik lagi dalam sehari dan lokasi penangkapan ikan tidak jauh. (verrianto madjowa)

Tags: gorontaloIkan tunaLaut Malukuteluk tomini
Bagikan7Tweet2KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Paus Bryde jenis Balaenoptera edeni, ditemukan mati terdampar pada Kamis 19 Januari 2023 di Pantai Munggu, Krobokan, Badung, Bali. FOTO: BPSPL DENPASAR/KKP
Berita

Paus Bryde Ditemukan Membusuk di Pantai Badung

30 Januari 2023
Ilustrasi bibit siklon tropis. GAMBAR: ZOOM.EARTH
Berita

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

29 Januari 2023
Rumah yang mengalami kerusakan karena terdampak banjir di Jalan Raya Bailang, Lingkungan 1, Kelurahan Bailang, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (28/1). FOTO: BNPB
Berita

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

29 Januari 2023
Next Post
Spons kaca Monorhaphis chuni di lereng bathyal New Caledonia (Kaledonia Baru). FOTO: MICHEL ROUX/ Müller (2007) – Jurnal Cell and Tissue Research

Monorhaphis chuni, Hewan Purba yang Hidup 11 Ribu Tahun

Spons kaca Monorhaphis chuni yang dideskripsikan oleh Franz Eilhard Schulze (1904)  dari Institut Zoologi University of Rostock. FOTO: Müller (2007) – Jurnal Cell and Tissue Research

Hidup 11 Ribu Tahun, Ini Spesimen Spons Kaca yang Diidentifikasi Tahun 1904

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Cina Selatan Bersiap Menghadapi Topan Ma-on

Matriks Risiko Angin dan Gelombang

Gubernur Khofifah Melantik Komite Komunikasi Digital

Pemantauan Burung-burung Air di Kutai

Gunung Api Semeru Status Awas

BMKG Gelar Sekolah Lapang untuk Nelayan di Garut

TERBARU

Paus Bryde Ditemukan Membusuk di Pantai Badung

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

Tahun 2023 Kemenhub Layani 177 Trayek Angkutan Laut

Pemberitaan Berperspektif Keberagaman Perlu Diperkuat

Kapal Berhati-hati, Gunung Api Myojinsho Kemungkinan Akan Meletus

TERPOPULER

  • Ikan karang Amphiprion ocellaris, Sulawesi, Indonesia (Randall, 1998) dan Amphiprion percula, Papua New Guinea (Allen & Erdmann, 2012) contoh yang mendukung spesiasi alopatrik.

    Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    27 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    231 bagikan
    Bagikan 98 Tweet 56
  • Biogeografi Ikan di Kawasan Segitiga Terumbu Karang

    6 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 2
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    31 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 8
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    25 bagikan
    Bagikan 10 Tweet 6
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    416 bagikan
    Bagikan 174 Tweet 101
  • Tantangan Teknologi Penangkapan Ikan yang Efektif dan Ramah Lingkungan

    16 bagikan
    Bagikan 15 Tweet 0
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk