Darilaut – Terapi plasma Convalescent yang kini kembali digaungkan sebagai salah satu terapi alternatif untuk mengobati pasien positif Covid-19 sebetulnya bukan hal baru. Terapi ini telah digunakan sejak satu abad yang lalu untuk mengobati banyak penyakit, termasuk difteri.
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan, Ph.D, mengatakan, perjalanan panjang terapi convalescent hingga sekarang kembali terdengar.
“Terapi plasma convalescent ini merupakan terapi yang sudah cukup lama, yakni sejak tahun 1900-an. Sehingga sudah digunakan untuk penyakit-penyakit seperti difteri, SARS, MERS, dan flu burung. Hanya saja, masih terbatas untuk uji klinis. Demikian juga dengan Covid-19, dipakai di banyak negara namun hanya sebatas uji klinis,” kata Erlina, Jumat (26/6).
Erlina yang masuk dalam Tim Pakar dokter Gugus Tugas Nasional mengatakan, banyak negara yang telah menggunakan terapi plasma konvalesen dengan hasil yang lumayan bagus dan cukup efektif. Namun begitu, keberhasilan terapi yang telah dilakukan di banyak negara tersebut masih terbatas pada jumlah pasien yang sedikit.
Saat ini, negara Amerika Serikat sendiri tengah melakukan pengujian terapi plasma konvalesen kepada pasien dalam jumlah yang banyak, tetapi masih belum merilis publikasi secara resmi terkait hal tersebut.
Komentar tentang post