Sorong – Dalam setahun terakhir ini, kegiatan perikanan tangkap di Sorong, Provinsi Papua Barat, terus mengalami peningkatan.
“Jumlah kapal ikan di pelabuhan perikanan Sorong saat ini mencapai 320 unit kapal, 100 diantaranya merupakan kapal ukuran 30GT ke atas yang izinya oleh KKP,” kata Kepala Pelabuhan Perikanan Sorong, Farian, dalam Dialog Masyarakat Kelautan dan Perikanan Papua Barat di Kota Sorong, Jumat (15/2) pekan lalu.
Dialog ini dalam rangkaian program Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa kerjasama Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) dan Yayasan Makassar Skalia (YMS).
Saat ini, terdapat kegairahan aktivitas kelautan di Papua Barat khususnya perikanan dan pariwisata bahari. Untuk itu, sejumlah regulasi yang ada diharapkan dapat berlaku secara efektif untuk melindungan keberlanjutan sumberdaya laut.
Anggota Komisi IV DPR-RI Robert Yopi Kardinal mengatakan, ada 3 karakteristik pelaku usaha perikanan tangkap di Papu Barat, yaitu nelayan, buruh nelayan dan pedagang ikan.
“Dari 3 pengelompokan, segmen nelayan merupakan kelompok yang beresiko tinggi,” kata Robert. Karena itu, nelayan perlu mendapat perlidungan yang optimal seperti asuransi, ketersediaan BBM dan jaminan pasar hasil tangkapan.
Berkaitan dengan hasil tangkapan ikan, perlu adanya perbaikan pencatatan dan pelaporan melalui sistim e-logbook. “Perbaikan pencatatan dgn sistim e-logbook diharapkan akan membantu manajemen pengelolaan, kita jadi tahu berapa ikan yang ditangkap dari stok yang ada dilaut” kata Aris dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Komentar tentang post