Darilaut – Gelombang panas laut (GPL) terutama disebabkan oleh kombinasi kondisi spasial dan temporal yang berbeda dari kondisi samudera dan atmosfer. Termasuk anomali fluks panas udara-laut dan fluktuasi peningkatan panas di laut.
Selain itu, mode variabilitas atmosfer-samudera skala besar seperti El Niño Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), dan North Atlantic Oscillation (NAO) juga dapat meningkatkan intensitas, durasi, dan luasan fenomena gelombang panas laut.
Penelitian tentang deteksi gelombang panas laut sebagian besar menggunakan observasi satelit dan pengukuran suhu permukaan laut (sea surface temperature/SST) secara in situ untuk menggambarkan peristiwa gelombang panas laut.
Berdasarkan data suhu laut dari tahun 1925 hingga 2016, Oliver et al. (2018) menemukan bahwa frekuensi dan durasi kejadian rata-rata global fenomena gelombang panas laut, meningkat masing-masing sebesar 34% dan 17%, di mana menghasilkan lonjakan sekitar 54% dari jumlah global hari kejadian gelombang panas laut per tahun.
Pada skala lokal, gelombang panas laut dapat diinduksi oleh anomali pemanasan permukaan laut. Misalnya, disebabkan oleh perubahan suhu udara, angin atau awan, atau sebagai akibat dari arus horizontal atau vertikal dan pencampuran di laut sekitarnya.
Komentar tentang post