TIDAK sulit mengembangkan Banggai Cardinal Fish (BCF) secara massal. Asalkan ada bulu babi, proses pemijahan akan berjalan dengan lancar.
BCF bersimbiosis dengan bulu babi. Fungsi dari bulu babi ini sebagai shelter bagi benih-benih yang dihasilkan dari proses pemijahan.
Kepala BPBL Ambon, T Hermawan mengatakan, awalnya perekayasaan ini dilakukan di bak-bak terkontrol. Seiring hasil pengamatan yang dilakukan secara terus menerus, ditemukan fakta bahwa karakteristik BCF lebih mudah dilakukan pememijahan secara alami di karamba jaring apung (KJA).
Menurut Hermawan, dengan penebaran induk sebanyak 30-50 ekor per waring berukuran 3×3×1 meter, mampu menghasiLkan benih sebanyak 300-500 ekor per bulan.
Intinya, proses ini mudah. Hanya saja harus telaten, mengingat sifat BCF ini yang kanibal, sehingga proses panen harus dilakukan secara rutin 2 kali dalam seminggu.
Tingkat survival rate BCF cukup besar > 80 persen, sehingga mudah untuk mendorong produksi secara massal.
BCF yang ada akan lebih fokus pada upaya restocking untuk memulihkan stok di alam. Di perairan Ambon sudah dilakukan restocking dengan jumlah lebih dari 10.000 ekor.
“Perkembangannya sangat bagus, terbukti dari jumlah kelimpahan BCF yang cukup banyak terutama pada perairan yang ada bulu babinya. Ke depan kita akan dorong kegiatan serupa di perairan Banggai,” ujar Hermawan.*
Komentar tentang post