Bulukumba – Ahli perkapalan Dr Bagiyo Suwasono MT FRINA mengatakan, keunikan pembuatan kapal layar pinisi tanpa menggunakan gambar rencana garis air (lines plan) sebagaimana layaknya kapal yang dibangun bangsa Eropa, termasuk perencanaan konstruksi kapal.
“Kapal dibangun berdasarkan kepiawaian pengrajin semata yang diperoleh secara turun temurun dan teknologi pembuatannya sederhana,” kata Bagiyo yang juga anggota Dewan Pakar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO), salah satu nara sumber Focus Group Discussion (FGD) di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Senin (17/12).
FGD ini dengan tema “Merawat Pinisi sebagai warisan budaya bahari Indonesia.” Kegiatan FGD masih dalam rangkaian program Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa.
Menurut Bagiyo, sejumlah kapal ukuran besar di atas 100 GT bisa diselesaikan. Hasil penelitian, pemilihan jenis material, dimensi dan model sambungan peletakannya telah sesuai dengan yang disarankan peraturan konstruksi kapal kayu.
Keunikan pembuatan kapal pinisi melalui beberapa tahap utama. Mulai saat mencari kayu sebagai bahan baku pada hari tertentu yang . Tahap kedua, cara menebang, mengeringkan dan memotong kayu. Saat dilakukan pemotongan, lunas diletakkan menghadap Timur Laut.
Selama proses ini, dilakukan ritual-ritual dalam pembuatan pinisi. Kemudian tahap terakhir, saat diluncurkan, diadakan upacara adat.
Komentar tentang post