Surabaya – Direktur Regional UN Environment untuk wilayah Asia Pasifik, Dechen Tsering mengatakan, sebagian besar sampah laut berasal dari Asia Tenggara. Dirinya juga menyadari bahwa Indonesia dan negara lainnya di Asia Tenggara tengah berupaya keras untuk menangani permasalahan ini.
“Terkait sampah laut, kita sudah bisa melihat awareness, kebijakan, peraturan dan pelaksanaannya,” kata Dechen.
Salah satu upaya dalam pencegahan timbulnya sampah laut, Indonesia dan UN Environment berencana membuat Pusat Peningkatan Kapasitas Inisiatif Regional dalam Perlindungan Lingkungan Laut dari Kegiatan Berbasis Daratan (Regional Center for Capacity Initiative to Protect Marine Environment from Land-based Activities).
Melalui pusat keahlian ini, Dechen menaruh harapan yang tinggi pada Indonesia untuk dapat berperan mencegah sampah laut yang berasal dari kegiatan di daratan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, kota Surabaya dipilih untuk dikunjungi karena memiliki inovasi yang luar biasa dalam pengelolaan sampah.
Vivien mewakili Menteri LHK untuk mendampingi Dechen Tsering. Saat berkunjung ke Surabaya (9/1) Dechen melihat pengelolaan sampah.
Menurut Vivien, kunci dari pengelolaan sampah yang baik itu adalah pemilahan dari sumbernya, seperti sampah rumah tangga, dan Surabaya telah berhasil dalam hal tersebut.
Selain itu, leadership kuat yang dimiliki Walikota Surabaya, Tri Rismaharini juga menjadi kunci dalam keberhasilan pengelolaan sampah di Surabaya.
“Surabaya memang patut dicontoh, Ibu Risma dan jajarannya yang telah bekerja keras, kuncinya memang leadership yang kuat,” kata Vivien.
Dalam kunjungan ini, Dechen dan rombongan melihat keberhasilan Surabaya dalam pengelolaan sampah.
Dechen dan rombongan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Benowo. TPA Benowo yang dikelola PT Sumber Organik ini mengolah sampah sekitar 1600 ton perhari.
Sebagian besar sampah tersebut, 60 persennya adalah limbah organik, sisanya adalah limbah anorganik. Limbah itu kemudian digunakan untuk proyek Pembangkit Listrik dari Gas yang dapat menghasilkan listrik sebesar 2 Megawatt per hari.
Setelah TPA Benowo, rombongan menuju Taman Bungkul menggunakan Surabaya Bus. Dechen sangat terkesan dengan inovasi Surabaya Bus, pasalnya bus ini dibayar dengan botol air minum plastik, sebagai upaya pengurangan sampah plastik.
Pada Kamis (10/1), rombongan mengunjungi Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan, sebuah kerjasama antara KLHK dan Dinas Kebersihan Kota Surabaya, yang menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF), serta mengunjungi Bank Sampah di Kecamatan Jambangan.
Ini bukan pertama kalinya perwakilan UN Environment berkunjung ke Surabaya. Sebelumnya, delegasi United Nations Environment Programme (UNEP) pusat, melihat langsung praktek pengelolaan sampah di Surabaya, Oktober 2018.*
Komentar tentang post