Bentuk tujuh layar yang ada pada pinisi, menurut Aziz, memiliki kemiripan dengan perahu layar yang ada di Amerika dan Perancis.
Untuk perahu pinisi di Bulukumba, menurut Aziz, semua lembar papan yang digunakan sudah memiliki nama. Pola yang ada menjadi kekhasan dalam pembuatan perahu ini.
Nama-nama setiap lembar papan dan ukuran, dengan pola yang telah dibakukan sejak dulu. Tukang akan mengikuti panduan dari panrita lopi. Adapun ukuran perahu menggunakan jengkal tangan pemesan.
Pada 2002, Aziz yang saat itu sedang menyelesaikan tesis S2 membuat pinisi, yang dinamakan Cinta Laut. Pembuatan pinisi ini bersama pembimbingnya Prof Osozawa Katsuya.
Aziz mengambil fokus pembuatan perahu berbahan kayu, khususnya pinisi untuk studi S2. Tesis ini dengan judul “Woden Boat Building and Timber Supply in South Sulawesi, Indonesia.”
Pinisi Cinta Laut juga digunakan untuk kegiatan Ekspedisi The Sea Great Journey. Antara lain melakukan riset di Kepulauan Togean, Teluk Tomini.
“Saya dan beberapa dosen ikut dengan tim di kapal pinisi ini di Togean,” kata Wakil Dekan II Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univeritas Negeri Gorontalo (UNG) Femy M Sahami.
Setelah menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Ehime, Aziz kembali memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S3 di perguruan tinggi yang sama. Disertasinya dengan judul “The Evolution of Boats in the Spermonde Archipelago: Transformation of boats from the perspective of trade, fishery, and boatbuilding.” Program doktor ini diselesaikan pada 2007.
Komentar tentang post