Selain bereproduksi secara internal melalui proses kopulasi antara jantan dengan betina, hiu belimbing betina juga diketahui memiliki kemampuan bertelur dan embrionya berkembang hingga menetas tanpa adanya pembuahan dari individu jantan, atau yang dikenal dengan istilah parthenogenesis (Robinson et al., 2011; Dudgeon et al., 2017).
Fenomena parthenogenesis tersebut telah tercatat beberapa kali terjadi pada hiu belimbing yang dipelihara di akuarium komersial seperti di Dubai, Uni Emirat Arab pada tahun 2008 (Robinson et al., 2011) dan di Townsville Australia pada tahun 2014 hingga 2016 (Dudgeon et al., 2017).
Semua embrio yang dilahirkan melalui fenomena parthenogenesis dipastikan berkelamin betina, karena tidak adanya kromosom jantan sehingga menghasilkan individu yang haploid (Dudgeon et al., 2017).
Di alam, hiu belimbing umumnya ditemukan hidup menyendiri (soliter), namun kerap terlihat berkumpul di suatu tempat selama musim reproduksinya (Michael, 2001).
Di perairan pantai sebelah tenggara Quensland, Australia, jenis ini sering ditemui berkumpul sepanjang musim panas (November hingga Februari) (Dudgeon et al., 2008).
Hasil kajian Dudgeon et al. di perairan Queensland Australia menunjukkan bahwa hiu belimbing memiliki kecenderungan untuk menetap secara musiman di suatu tempat, kemudian melakukan migrasi pada musim yang lain (Dudgeon et al., 2013).
Komentar tentang post