redaksi@darilaut.id
Rabu, 22 Maret 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Tips & Trip » Ide & Inovasi » Rumpon Portable, Pemikat Ikan yang Ramah Lingkungan

Rumpon Portable, Pemikat Ikan yang Ramah Lingkungan

redaksi redaksi
6 November 2018
Kategori : Ide & Inovasi
Rumpon portable

Tim peneliti dan rumpon portable. FOTO: DOK. ISTIMEWA

KINI nelayan tak perlu lagi membeli tali dengan panjang ratusan hingga seribu meter. Tak perlu lagi menggunakan bambu dalam jumlah banyak, pelampung dan pemberat ratusan kilo gram.

Terobosan rumpon portable yang dikembangkan tim peneliti dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (FPIK-IPB) sebagai salah satu solusi. Selain irit, rumpon portable lebih ramah lingkungan.

Saat ini, di berbagai perairan yang mengandalkan penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon, bahan utama salah satunya tali nilon. Tali berukuran besar dan panjang ini disesuaikan dengan kedalaman dasar perairan. Makin dalam perairan, ongkos pembuatan rumpon, seperti untuk tali lebih besar biayanya.

Bila angin kencang, arus dan gelombang, seringkali tali rumpon putus. Banyak tali yang masuk begitu saja ke laut. Karena itu, rumpon portable ini lebih efektif dan efisien untuk menangkap ikan pelagis.

Rumpon portable sebagai pengembangan rumpon konvensional dengan menggunakan konsep respon ikan terkait penggunaan frekuensi suara, tali rafia pada atraktor dan lampu.

“Keunggulan rumpon portable ini adalah menggunakan frekuensi suara untuk mengumpulkan ikan,” kata Dr Roza Yusfiandayani, salah satu tim peneliti kepada Darilaut.id, Selasa (6/11). Selain Roza, tim peneliti ini, Prof Dr Mulyono S Baskoro dan Prof Dr Indra Jaya, dari FPIK IPB.

Rumpon (fish agregation device, FAD) sudah lama dikenal sebagai alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul di suatu area. Penelitian yang sudah dikembangkan tim FPIK-IPB ini, dengan melakukan ujicoba sejak 2013 lalu. Hasil ini dapat menjadi solusi dalam pemberdayaan masyarakat pesisir dan pengelolaan lingkungan.

Rumpon portable dari kayu manglid. FOTO: TIM PENELITI

Berdasarkan kajian yang ditulis ketiga peneliti dalam Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 4 No 1 Mei 2013, penelitian didasari produksi perikanan tuna dan cakalang berbasis rumpon terus menurun dengan ketersediaan sumberdaya yang terbatas. Di sisi lain, daerah penangkapan tuna dan ikan cakalang semakin jauh.

Karena itu, perlu upaya untuk pemanfaatan yang semakin meningkat tersebut, dengan pengelolaan yang baik dan berkelanjutan. Dari permasalahan ini, dilakukan kajian pembuatan rumpon portable yang mudah dibawa kemana-mana dan tingkat kelayakan pemanfaatan rumpon dan optimalisasi armada penangkapan yang beroperasi di sekitar rumpon agar produktivitas optimum dapat terjaga.

Pengkajian terhadap rumpon portable ini antara lain untuk pengelolaan ikan tuna dan cakalang secara berkelanjutan. Selain itu, untuk mengantisipasi implementasi Code of Conduct for Responsible Fisheries.

Rancangan prototipe rumpon portable ini dengan menganalisis komposisi, panjang berat dan tingkat kematangan gonad. Penelitian di laboratorium dan uji coba lapangan di Pelabuhan Ratu dan perairan Jepara, Jawa Tengah.

Analisis yang dilakukan tim mencakup panjang dan berat hasil tangkapan, komposisi hasil tangkapan, tingkat kematangan gonad dan analisis gaya apung dan gaya tenggelam rumpon portable.

Komposisi ikan dominan hasil tangkapan di sekitar rumpon portable saat uji coba dilakukan 83 ekor ikan kembung, 57 ekor ikan todak dan 51 ekor ikan tongkol.

Kajian awal pengunaan rumpon portable, hasil tangkapan dengan menggunakan pancing gajrut (pancing ulur) mendapatkan tuna sirip kuning (yellowfin tuna), sedangkan alat tangkap pancing tonda tidak mendapatkan hasil tangkapan tuna.

Komposisi plankton yang terdapat pada isi perut ikan tuna dan yang terdapat di perairan didominasi oleh Genus Rhizosolenia dan Leptocylindricus. Ini indikasi kondisi perairan yang subur dan ikan tuna juga memakan plankton tersebut.*

Tags: FPIK IPBProf Indra JayaRumpon
Bagikan53Tweet23KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Ilustrasi air. FOTO: DOK. DARILAUT.ID
Berita

Air Dapat Diubah Menjadi Bahan Bakar, Namun Belum Efisien

16 Agustus 2022
Proses pengeringan hasil budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Ilmuwan Temukan Rumput Laut Sebagai Peredam Suara yang Ramah Lingkungan

16 Juli 2022
Penutupan proyek dan diseminasi capaian COREMAP-CTI World Bank hibah Global Enviroment Facility (GEF), Rabu (11/5). GAMBAR: DARILAUT.ID
Berita

COREMAP-CTI, Menyelaraskan Pelestarian Terumbu Karang dan Penghidupan Masyarakat

11 Mei 2022
Next Post
Rumpon

Rumpon Portable Dapat Dibawa dan Disimpan

IPB

Selamat Tinggal Rumpon Konvensional

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Mendarat di Filipina Nalgae Mempertahankan Kekuatan Sebagai Badai Tropis Parah

Perburuan Hiu Paus di Berbagai Negara

Potensi Bencana Hidrometeorologi dan Pelayaran

Pakai Sepeda Motor, Mudik Gratis di Kapal Laut

Pelantikan DPW ISKINDO Sulawesi Utara di Atas Kapal Pinisi

Ekspedisi Pinisi Akan Lanjutkan Pelayaran 15 Desember

TERBARU

Hari Ini Kemenag Menggelar Sidang Isbat dan Rukyatul Hilal

Pengelolaan Air Solusi Ampuh Beradaptasi dengan Dampak Perubahan Iklim

Mengurangi Emisi, PBB Mengusulkan Pakta Solidaritas Iklim

Laporan Terbaru IPCC, Cuaca Ekstrem Meningkatkan Risiko Bagi Kesehatan Manusia dan Ekosistem

Bahaya Mikroplastik, Menteri KKP Mengajak untuk Menjaga Produk Perikanan Bermutu

IPCC Akan Merilis Laporan Iklim Terbaru

TERPOPULER

  • Pemusnahan 60 kg olahan ikan beserta barang lainnya berupa olahan daging dan bumbu makanan di Ternate, Maluku Utara. FOTO: KKP

    Tidak Memiliki Izin Edar, 60 Kg Ikan Olahan Dimusnahkan di Ternate

    57 bagikan
    Bagikan 23 Tweet 14
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    39 bagikan
    Bagikan 16 Tweet 10
  • Pesantren Hubulo Gorontalo Mulai Mengolah Sorghum Menjadi Gula dan Tepung

    5 bagikan
    Bagikan 3 Tweet 1
  • Ini Potensi di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

    739 bagikan
    Bagikan 305 Tweet 181
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    50 bagikan
    Bagikan 21 Tweet 12
  • Berhati-hati Menggunakan Media Sosial, Hindari Pasal 27 UU ITE

    2 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • MyOcean, Aplikasi Gratis Data Kondisi Laut

    46 bagikan
    Bagikan 18 Tweet 12
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk