Darilaut – Peneliti Bioteknologi Hewan Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Endang Tri Margawati, mengatakan, terlepas dari berbagai problem yang ada, masa pandemi telah mendorong munculnya berbagai inovasi.
“Sumber daya alam kita masih sangat mendukung. Berbagai inovasi pertanian telah dilakukan sebelum masa pandemi. Hal yang perlu dilakukan saat ini adalah melakukan integrasi pertanian untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan ekonomi,” ujar Endang.
Endang yang juga Profesor Riset LIPI, dalam Webinar Nasional “Prof Talk: Ketahanan Pangan di Masa Pandemi COVID-19”, Senin (26/10), mengatakan, urban farming termasuk dalam pertanian terintegrasi.
Misalnya, kata Endang, bercocok tanam dengan metode hidroponik yang terintegrasi dengan pemeliharaan ikan.
Untuk ketersediaan protein hewani kita tidak perlu khawatir, karena Indonesia adalah negara bahari dan masayarat kita terbiasa memelihara hewan ternak secara mandiri.
Endang mengatakan, untuk mengatasi situasi saat ini pemerintah perlu memastikan ketersediaan pangan, terjaminnya akses pangan pemanfaatan pangan, dan meningkatkan gizi masyarakat dengan memberikan extra fooding pada kelompok masyarakat tertentu.
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak pada ketahanan pangan masyarakat dan khususnya mengganggu upaya penanganan stunting secara nasional.
Ketidakjelasan waktu kapan pandemi akan berakhir berpotensi mengganggu ketersediaan, stabilitas, dan akses pangan. Hal yang paling dikhawatirkan jika kondisi ini terus berlangsung adalah terjadinya krisis pangan.
Masalah ketahanan pangan menjadi masalah yang sangat penting sekaligus rentan dalam situasi bencana dan pandemi Covid-19.
“Pandemi mampu mengubah pola, budaya, tata kelola, dan cara kerja kita semua. Terkait pangan, tentu hal ini menimbulkan tantangan yang tidak mudah dalam banyak kasus. Khususnya mengganggu upaya kita untuk menangani stunting secara nasional yang tak kunjung turun,” ujar Handoko.
Handoko mengingatkan selain munculnya banyak masalah, pandemi perlu dilihat dari sisi lain, yaitu memunculkan berbagai kesempatan dan kreativitas baru yang mampu mendukung ketahanan pangan nasional.
“Untuk itulah Prof Talk kali ini diharapkan dapat menggali berbagai ide baru yang dapat diadopsi untuk menjadi kebijakan terkait,” kata Handoko.
Profesor Riset bidang Sosial Ekonomi Pertanian dari Kementerian Pertanian, Tahlim Sudaryanto, mengatakan, kinerja sektor pertanian (pangan) masih relatif baik. Kinerja sektor pangan berperan sebagai buffer terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, tidak dipungkiri di beberapa sisi tetap menimbulkan dampak. “Pandemi mengakibatkan terjadinya penurunan di sektor tenaga kerja, terganggunya pemasaran komoditas pangan dan beberapa kasus di usaha peternakan,” katanya.
Kementerian Pertanian selaku lembaga teknis yang bertanggung jawab dalam bidang pertanian (pangan) juga telah menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa pandemi.
Program yang disiapkan di antaranya peningkatan kapasitas produksi melalui food estate dan diversifikasi produksi dan konsumsi pangan. Kemudian, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern, dan beberapa paket jejaring pengaman sosial.
Pandemi Covid-19 telah memberikan pembelajaran terhadap perlunya reorientasi kebijakan ketahanan pangan ke depan.
Pemerintah dan masyarakat perlu terus bersinergi untuk saling mendukung dalam mempertahankan ketahanan pangan, sehingga lebih siap terhadap berbagai gangguan yang akan dihadapi.
Menurut Organisasi Pangan Sedunia (FAO), potensi krisis pangan di masa pandemi akan mengancam dunia, termasuk Indonesia.
Meskipun sinergi antar lembaga telah dilakukan dan stok pangan nasional aman, namun antisipasi perlu dilakukan agar Indonesia terhindar dari krisis pangan di masa pandemi.
Komentar tentang post