Pascagempa 7,4 skala Richter (SR) pada Jumat (28/9) banyak warga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mulai mengalami trauma, serta peningkatan penyakit tekanan darah dan diare.
SEBAGAI relawan di Palang Merah Indonesia, saya mendapat tugas membantu korban gempa di Kabupaten Sigi. Pada 5 Oktober, mulai menjalankan tugas menangani pasien.
Kabupaten Sigi termasuk salah satu titik yang terkena gempa dahsyat. Ratusan rumah warga roboh. Bahkan sejumlah rumah warga berpindah tempat akibat gempa ini (likuifaksi).
Selaku tenaga kesehatan, dalam hal ini sebagai bidan, bersama tim lainnya, kami melakukan pelayanan kesehatan di beberapa desa. Tim dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendatangi langsung di lokasi-lokasi yang terdampak gempa.
Khusus di posko kesehatan Sigi, setiap hari tim kesehatan melayani pasien kurang lebih 50-60 orang. Pelayanan ini berlangsung mulai 08.00 hingga 21.00 Wita.
Banyak warga Sigi yang mengalami trauma, baik itu orang tua maupun anak-anak. Penyakit yang banyak ditemui dalam pelayanan kesehatan, antara lain, peningkatan tekanan darah, diare, flu dan batuk, serta alergi.
Untuk kondisi yang parah, seperti patah tulang dan luka robekan, harus dirujuk ke Rumah Sakit.
Saat ini, di Sigi, masih membutuhkan tenaga kesehatan. Selain mengobati penyakit, tenaga kesehatan diperlukan untuk mengurangi trauma.
Komentar tentang post