Darilaut – Saat ini, pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia perlu segera mendapatkan perhatian dan penanganan serius karena telah jauh berdampak pada terganggunya ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Dilansir Lipi.go.id, peneliti botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nuril Hidayati, mengatakan, secara global diperkirakan 10.000 ton merkuri (Hg) per tahun mencemari lingkungan.
Di Indonesia, sumbangan terbesar pencemaran merkuri (37 persen) berasal dari penambangan emas rakyat yang tersebar di sekitar 800 daerah.
Sementara itu, sekitar 75 persen lahan pertanian di Indonesia sudah menjadi lahan kritis, sehingga kesuburan tanahnya terus menurun. Data menunjukkan 21–40 persen dari 106 ribu ha sawah di Pantura Jawa Barat tercemar logam berat, dengan 7,83 hingga 91,47 part per milion (ppm) tercemar timbal dan kadmium 8,75 ppm.
“Kontaminan dari kelompok logam berat, seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) yang sulit mengalami degradasi secara alami, secara umum paling banyak dijumpai dan paling berpotensi menimbulkan masalah lingkungan,” kata Nuril, dalam orasi pengukuhan Profesor Riset berjudul “Tanaman Akumulator Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) untuk Fitoremediasi” di Jakarta, Kamis (14/5).
Komentar tentang post