redaksi@darilaut.id
Selasa, 20 April 2021
26 °c
Jakarta
27 ° Sab
27 ° Ming
27 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Ekspedisi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Ekspedisi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Home Ekspedisi

Nama Pinisi Muncul 1930-an

21 Desember 2018
Kategori : Ekspedisi
Aziz Salam

Dr Aziz Salam, M.Agr. FOTO: DARILAUT.ID

SEBAGAI alat transportasi laut yang digunakan untuk perdagangan di Sulawesi Selatan, pinisi, mengalami masa kejayaan selama 40 tahun. Nama perahu pinisi baru muncul pada 1930-an.

“Pinisi berjaya 1930 sampai 1970,” kata ahli perkapalan Dr Aziz Salam M.Agr, Kamis (20/12).

Transformasi perahu pinisi dimulai dari pangajava atau paqtaripang. Perahu dengan tipe satu layar ini digunakan sesuai komoditas yang diburu di laut.

Evolusi perahu layar pangajava/paqtaripang berkembang menjadi paqdewakang. “Paqdewakang adalah perahu layar asli Indonesia dari Bugis-Makassar,” kata Aziz.

Paqdewakang yang digunakan nelayan Bugis-Makassar hingga ke Australia untuk berburu teripang dan komoditas laut lainnya.

Aziz mendalami transformasi perahu dan kapal di Sulawesi Selatan ketika masih kuliah S1 di Fakultas Teknik, Jurusan Perkapalan, Universitas Hasanuddin. Penelitian ini dilanjutkan melalui pendidikan S2 dan S3 di Universitas Ehime, Jepang.

Pada 1900, perahu Paqdewakang dengan dua layar mengalami perubahan menjadi palari. Palari memiliki tujuh layar.

Evolusi perahu
Evolusi perahu di Sulawesi Selatan. Sumber: Aziz Salam dan Osozawa Katsuya (2008).

Perkembangan kapal dagang di Sulawesi Selatan mengalami evolusi tahap demi tahap. “Palari memiliki layar yang sama dengan pinisi, tetapi body berbeda,” kata Aziz yang lahir di Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) Sulawesi Selatan, pada 1972.

Bentuk tujuh layar yang ada pada pinisi, menurut Aziz, memiliki kemiripan dengan perahu layar yang ada di Amerika dan Perancis.

Untuk perahu pinisi di Bulukumba, menurut Aziz, semua lembar papan yang digunakan sudah memiliki nama. Pola yang ada menjadi kekhasan dalam pembuatan perahu ini.

Nama-nama setiap lembar papan dan ukuran, dengan pola yang telah dibakukan sejak dulu. Tukang akan mengikuti panduan dari panrita lopi. Adapun ukuran perahu menggunakan jengkal tangan pemesan.

Pada 2002, Aziz yang saat itu sedang menyelesaikan tesis S2 membuat pinisi, yang dinamakan Cinta Laut. Pembuatan pinisi ini bersama pembimbingnya Prof Osozawa Katsuya.

Aziz mengambil fokus pembuatan perahu berbahan kayu, khususnya pinisi untuk studi S2. Tesis ini dengan judul “Woden Boat Building and Timber Supply in South Sulawesi, Indonesia.”

Pinisi Cinta Laut juga digunakan untuk kegiatan Ekspedisi The Sea Great Journey. Antara lain melakukan riset di Kepulauan Togean, Teluk Tomini.

“Saya dan beberapa dosen ikut dengan tim di kapal pinisi ini di Togean,” kata Wakil Dekan II Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univeritas Negeri Gorontalo (UNG) Femy M Sahami.

Setelah menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Ehime, Aziz kembali memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S3 di perguruan tinggi yang sama. Disertasinya dengan judul “The Evolution of Boats in the Spermonde Archipelago: Transformation of boats from the perspective of trade, fishery, and boatbuilding.” Program doktor ini diselesaikan pada 2007.

“Semua jenis perahu di Sulawesi Selatan mengalami evolusi atau perubahan bentuk,” ujar Aziz, yang saat ini sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kelautan dan Perikanan S2 Pascasarjana di UNG.

Pinisi buatan 1972
Kapal pinisi Harapan Jaya, saat berlabuh pada 1975 di Maumere. Pinisi ini dibuat di Tana Beru, Bira tahun 1972. FOTO: NURDIN VIA AZIZ SALAM

Kepulauan Spermonde merupakan salah satu pengguna berbagai perahu di Sulawesi Selatan. Tukang perahu di Tana Beru ada yang diminta ke pulau untuk bekerja langsung di sana.

Ini karena sumber kayu, seperti dari Kalimantan lebih dekat di pulau tersebut. Sebelum pinisi menggunakan mesin, seperti di Pulau Salemo terdapat paling sedikit 100 pinisi.

Pulau Salemo termasuk salah satu sasaran serangan udara sekutu. Setelah kejadian ini banyak yang pindah dengan berlayar ke Surabaya dan Jakarta menggunakan pinisi.

Selanjutnya, perahu layar jenis lambo mulai berkembang. Perahu layar lambo mengalami evolusi hingga menjadi tipe kapal layar motor lambo.

Kajian ini ditulis Aziz dan Prof Osozawa, pada 2008, dengan judul “Technological Adaptation in the Transformation of Traditional Boats in the Spermonde Archipelago, South Sulawesi.”*

Tags: ekspedisi pinisiPinisi
Bagikan3TweetBagikanKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Pesisir dan laut. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Laut Memiliki Sidik Jari

2 April 2021
LIPI.GO.ID
Berita

LIPI Riset Arlindo Selama 72 Hari

2 April 2021
Survei kelautan Kapal Riset Baruna Jaya IV selama 182 hari pelayaran di berbagai wilayah perairan Indonesia. FOTO: BPPT
Berita

Survei Kelautan, Kapal Baruna Jaya IV Selesaikan 182 Hari Pelayaran

5 Januari 2021
Next Post
LTSHE

Nelayan Paisu Bebe Tak Lagi Gunakan Genset

Ikan

Mengatasi Kerugian Pascapanen Ikan Segar

Komentar tentang post

Bandung, Indonesia
Selasa, April 20, 2021
Mostly Cloudy
23 ° c
72%
11mh
-%
27 c 18 c
Rab
26 c 17 c
Kam
27 c 17 c
Jum
25 c 16 c
Sab

TERBARU

Paus Orca Kembali Terlihat di Perairan Gorontalo

Mahasiswa Undip Kreasi Keran Air dari Sampah Plastik

HUT ke-4, AMSI Konsisten Mewujudkan Ekosistem Digital yang Sehat

Dampak Siklon Tropis Surigae

Kapal Ikan Terbakar di Laut Jawa, 16 ABK Selamat

Balai TN Taka Bonerate Inventarisasi 15 Jenis Burung Laut

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

REKOMENDASI

Gunung Anak Krakatau Siaga, Zona Berbahaya Meluas 5 Kilo Meter

Hasil Validasi 61 Pelabuhan Perikanan Produksi Naik 10,97 Persen

Pembantaian Mamalia Laut Masih Berlanjut di Kepulauan Faroe

Menko Maritim: Potensi Laut Dapat Dimanfaatkan dengan Data Akurat

FIKP UMRAH Telah Memiliki Asesor Mangrove

Pemerintah Provinsi Kaltim Segera Bentuk UPTD Kawasan Konservasi Berau

TERPOPULER

  • Ikan

    Ini Potensi di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

    9 bagikan
    Bagikan 9 Tweet 0
  • Ingin Tahu Sebaran Ikan Tuna dan Cakalang di Indonesia, Ini Lokasinya

    44 bagikan
    Bagikan 44 Tweet 0
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    16 bagikan
    Bagikan 16 Tweet 0
  • Rantai Pasok Perikanan dan Tantangan yang Dihadapi Nelayan di Indonesia

    2 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 0
  • Ternyata Ada Lembaga Pengelola WPP

    3 bagikan
    Bagikan 3 Tweet 0
  • Mirip Kerupuk, Harga Gelembung Renang Capai Rp 50 juta per Kilogram

    8 bagikan
    Bagikan 8 Tweet 0
  • Terumbu Karang Indonesia Kategori Buruk 33,82 Persen

    1 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 0
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2021 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Laporan Khusus
  • Ekspedisi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi

© 2018 - 2021 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk
Go to mobile version