Aceh – Sembilan negara memasok sampah berupa botol plastik di Pulau Nasi, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Hasil riset yang dilakukan komunitas Sahabat Laut (SaLut) Aceh Desember 2017, ditemukan merk botol plastik dari berbagai negara. Seperti Maladewa, Malaysia dan China. Kemudian Thailand, Singapura, Sri Lanka, India, Bangladesh dan Myanmar.
SaLut Aceh menemukan botol plastik ini mendominasi sampah di pantai Dedap, Pulau Nasi.
SaLut merupakan kumpulan para aktivis lingkungan, dengan anggota berasal pemerhati lingkungan, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat yang peduli dan tergerak terhadap isu-isu lingkungan.
Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan Salut adalah Peugleh Pasie, suatu istilah Bahasa Aceh yang berarti “Bersih Pantai”.
“Pulau Nasi salah satu pulau terpencil yang ada di wilayah Aceh besar, di sini banyak kiriman sampah dari luar negeri,” kata anggota Komunitas Sahabat Laut dan akademisi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar, Rika Astuti, Sabtu (8/12).
Riset yang sudah dilakukan SaLut pada 2016 dan 2017 di Pulau Nasi, setiap sampel dikelompokkan ke dalam botol plastik, botol bukan plastik dan sampah bukan plastik.
Hasil penelitian Desember 2017 menunjukkan bahwa sampah yang ditemukan didominasi botol plastik (50,7 persen). Adapun persentase botol bukan plastik 41,5 persen dan sampah bukan plastik 7,7 persen.
Berdasarkan identifikasi merk dagang menunjukkan bahwa merk dari Indonesia memiliki persentase terbesar, yakni 53,7 persen.
Kemudian sampah dengan merk luar negeri sebanyak 17 persen. Hasil identifikasi sampah ini berasal dari negara-negara tetangga seperti Maladewa 30,9 persen, Malaysia 23,5 persen dan China 15,5 persen. Sampah dari negara lainnya seperti Thailand, Singapura, Sri Lanka, India, Bangladesh dan Myanmar.*
Komentar tentang post