RAJA Sigi, seorang perempuan bernama Ngilinayo megadakan pesta. La Galigo datang untuk menyambung ayam.
Taruhan raja Sigi, tanduk sapi sebanyak lima buah dan lima tabung bambu yang berisi penuh dengan mata uang emas.
Raja Ngilinayo berpakaian seperti laki-laki itu, tidak membawa ayam jantan. Melainkan ayam betina yang calabai.
Ayam, La Galigo bernama Bakka Cimpolong.
Raja perempuan itu berkata bahwa ia adalah seorang manurung. Ternyata ucapannya benar. Ayam La Galigo kalah. Semua barang-barang La Galigo habis dipertaruhkan.
La Galigo kembali ke Ganti dengan seorang hamba dan dua buah piring dari tanah liat. Dari Ganti, ia mengirim berita kepada ayahnya di Soppeng, Sulawesi Selatan.
Setelah Sawerigading tiba, La Galigo menyampaikan bahwa ia akan berkelahi dengan raja Sigi. Ayahnya tidak megizinkan perkelahian tersebut. Sebab, raja Sigi dan raja Ganti masih berhubungan keluarga.
Sawerigading membawa La Galigo ke Sigi untuk mempererat kekeluargaan.
Ketika berada di Sigi, La Galigo secara diam-diam meninggalkan Sawerigading.
Ia pergi ke Ganti sendirian dengan menggunakan perahu.
Sawerigading menyusul La Galigo dengan berjalan kaki. Laut yang dilewati Sawerigading semuanya berubah menjadi kering.
Karena itu, terbentuklah lembah Palu sebagaimana yang ada sekarang.*
Komentar tentang post