Jakarta – Peneliti geofisika kelautan dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nugroho Dwi Hananto mengatakan, tsunami pascagempa Palu-Donggala diduga disebabkan komponen gerakan vertikal di sesar yang berada di dasar laut.
“Gempa di sesar mendatar cenderung tidak menimbulkan tsunami. Diduga ada gerakan vertikal di sesar yang ada di dasar laut, serta bentuk dasar laut Teluk Palu yang curam,” ujar Nugroho dalam penyampaian analisis gempa dan tsunami, serta rekomendasi mitigasi untuk pengurangan risiko bencana di Indonesia di Media Center LIPI, Jakarta, Selasa (2/10).
Menurut Nugroho, ada kemungkinan longsor di tebing bawah laut yang runtuh akibat gempa, sehingga berakibat tsunami. “Kondisi geomorfologi yang curam dan tipe batu yang tidak terkonsolidasi memungkinkan terjadinya longsor tebing laut,” kata Nugroho.
Nugroho mengatakan, kawasan Teluk Palu hingga Donggala mempunyai bentuk mirip kanal tertutup. “Akibatnya jika ada massa air laut datang, akan terus terkumpul dan semakin besar kekuatannya,” ujarnya.
Gempa Palu-Donggala menyebabkan gelombang tsunami yang terjadi di pantai Palu Donggala dan pantai Mamuju.
Gempa Palu-Donggala terjadi pada Jumat (28/9) pukul 17.02.44 WIB. Gempa ini berkekuatan 7,4 skala Richter (SR). Lokasi berada di 0.20 Lintang Selatan dan 119.89 Bujur Timur, pada kedalaman 11 kilometer.*
Komentar tentang post