ORANG-ORANG Makassar telah menjalin hubungan historis dengan Aborigin Yolngu di Australia utara, jauh sebelum bangsa Eropa menginjakan kaki di sana.
Hasil penelusuran sejarahwan dari Universitas Negeri Malang, Zofrano Ibrahimsyah Magribi Sultani, Melliya dan Raisa Rahmawati, menemukan orang Makassar, sebagai pelaut telah mengunjungi pantai utara Australia untuk mengumpulkan teripang yang kemudian dijual sebagai obat dan makanan.
Kedatangan orang Makassar, kemudian menjalin kontak dengan orang Australia Utara dalam budaya, ekonomi dan sosial. Para pelaut Makassar menamai pantai itu “Marege” dan benua diberi nama “Osse Tara Lia“. Nama ini kemudian menjadi negara Australia.
Penelitian dengan metode historis yang dilakukan Zofrano Sultani dkk, diperkuat dengan hasil riset akademisi Australia National University dan kampus lain yang ada di Australia. Seperti lokasi Malarrak, Djulirri, dan sekitarnya adalah bukti terjadinya kontak antara Makassar dan Aborigin Yolngu.
Lokasi-lokasi ini menggambarkan perahu (prau) milik orang Makassar dan temuan arkeologis lain seperti lukisan yang menggambarkan senjata badik, binatang (animal) dan rumah (house).
Penggunaan warna putih sangat dominan dalam lukisan “Pinisi” dapat diinterpretasikan sebagai proyeksi mimpi terhadap yang lain dan alam. Maksudnya, sebuah aktualisasi dari representasi dari orang Aborigin setempat yang berkomunikasi melalui orang asing yang kontak dengan mereka.

Menurut Prof Adrian Bernard Lapian, orang-orang Sulawesi Selatan tidak hanya menamakan kapal pinisi melainkan berbagai macam nama sesuai dengan fungsi, asal daerah dan bentuknya. Namun, peneliti menggunakan “pinisi” berdasarkan temuan peneliti Australia mengenai gambar pinisi di Australia dan tradisi lisan di sana.
Catatan sejumlah peneliti menyebutkan perdagangan transnasional orang Makassar dengan Australia baru terjadi pada abad 17-19 dipimpin kapten U-nusu Daeng Remba. Hal itu di dukung bukti arkeologis dan historis yang mengadakan kontak dengan Aborigin Yolngu.
Sementara Chriastian Pelras (2006) dan Lapian (2009) menguraikan melalui teks I Lagaligo dan teks asing yang mengungkapkan orang Makassar telah mengadakan diplomasi dan perdagangan transnasional dengan daerah-daerah di Timur Indonesia, Jawa, Nusa Tenggara, Australia, dan Mindanao melalui pelayaran dan perdagangan antar pulau.
Zofrano Sultani dkk, mengambil kesimpulan, sistem sosial budaya orang Makassar membentuk karakter dan kebudayaan maritim sebagai bangsa pelaut. Orang Makassar bersama pedagang kosmopolitan Asia mempertahankan jaringan perdagangan transnasional timur dan meluaskan hingga ke perairan Australia.
Mereka bermula dari mencari teripang, kemudian mengadakan diplomasi dan perdagangan transnasional dengan Aborigin Yolngu. Hasilnya, mereka mampu memperkenalkan kebudayaan baru kepada Aborigin Yolngu yang mempengaruhi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat lokal.
Bukti arkeologis dan historis yang ditemukan menunjukkan, teknologi dan kebiasaan yang diperoleh dari orang-orang Makassar memperkuat kebiasaan dan praktek tradisional Aborigin Yolngu.
Bagaimana Hubungan historis antara nelayan dari Makassar dan kelompok Yolngu di Australia utara ini akan menjadi bahasan simposium, Victorian College of Arts di University of Melbourne dan Rumata ‘Artspace di Makassar. Kegiatan ini akan berlangsung pada Senin 3 Desember, di gedung Rektorat Universitas Hasanuddin.
Selain itu, akan memperkenalkan program pertukaran seniman, masing-masing tiga seniman dari Makassar dan tiga dari Yolngu dari Yirrkala, East Arnhem Land.
Para seniman akan bertemu dan mengeksplorasi budaya dan identitas lokal dari masyarakat Makassar. Kemudian perspektif Yolngu tentang hubungan mereka dengan para nelayan di Makassar.*
Komentar tentang post