DENGAN mengendarai sepeda motor, Hakum, 24 tahun, berusaha mencari terpal di Kota Palu. Hakum tinggal di Desa Toaya Vunta, Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala. Jarak dari Toaya Vunta ke Palu 40 kilometer.
Sarjana pemerintahan Universitas Tadulako ini, ingin mengabarkan kondisi di Donggala yang jarang tersentuh bantuan. “Di desa saya ada 524 kepala keluarga yang mengungsi karena gempa,” ujar Hakum, Sabtu (6/10).
Namun, gempa awal pada Sabtu (28/9), pukul 15.00 Wita sudah cukup merusak. Paman Hakum yang tinggal di Desa Ombo, Kecamatan Sirenja, melalui telepon seluler minta untuk dijemput.
“Rumah om (paman) saya sudah hancur (roboh) lebih dulu,” kata Hakum.
Sirenja adalah lokasi pusat terjadinya gempa. Sabtu sore, jam 16.00 Wita, Hakum menuju Desa Ombo untuk menjemput pamannya.
Setelah bertemu pamannya, dalam perjalanan menuju Desa Toaya Vunta, azan magrib berkumandang di Donggala, terjadi gempa dahsyat Sabtu (28/9).
Lima jurnalis TV di Palu, yang berada dalam mobil juga merasakan guncangan yang kuat ketika berada di Jalan Trans Sulawesi dekat Pelabuhan Pantoloan. Ody Rahman, jurnalis NET TV menghentikan mobil yang dikendarainya saat terjadi gempa.
Di depan mobil mereka, terlihat sejumlah kendaraan sepeda motor berjatuhan. Ody bersama empat jurnalis Palu lainnya Abdy Mari (TV One), Rolis Muhlis (Kompas TV), Jemmy Hendrik (Radar TV) dan Ary Al-Abassy (TVRI) turun dari mobil.
Komentar tentang post