Donggala – Tsunami –gelombang besar yang datang secara tiba-tiba– di kawasan Pelabuhan Wani, Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) berwarna abu-abu dan hitam.
“Gelombang yang datang gulung-menggulung, berwarna abu-abu dan hitam,” kata Risman, 42 tahun, warga Desa Wani II, Kabupaten Donggala.
Risman yang tinggal di kompleks pelabuhan Wani mengatakan, sebelum kejadian gempa dan tsunami tidak ada tanda-tanda. Seperti pada hewan yang panik di darat.
Untuk mendapatkan data di perairan Teluk Palu pascagempa dan tsunami Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) mengirim KRI Spica-934.
Berdasarkan data survei dan analisa tim Pushidrosal, seperti ditulis jpnn.com (12/10), menemukan adanya longsoran dasar laut pada kedalaman 200 – 500 meter di Tanjung Labuan/Wani, Teluk Palu. Menurut Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Dr Ir Harjo Susmoro MH, hasil ini diperoleh KRI Spica setelah melakukan survei full covered dengan menggunakan Multibeam Echosounder EM-302 yang mampu mengukur kedalaman hingga 6000 meter di dalam Teluk Palu.
Pasca gempa Palu dan Donggala, Pushidrosal telah mengirim dua tim. Tim pertama diberangkatkan sehari setelah kejadian gempa. Tim kedua, dengan kapal Survei KRI Spica-934.
Dua tim survei ini melaksanakan kegiatan di area Teluk Palu atau sekitar alur pelabuhan. Untuk kontur yang dalam dilaksanakan KRI Spica-934. Kontur yang dangkal dikoordinasikan dengan Tim Unit Tanggap Darurat Unit Pesisir.
Komentar tentang post