Pergantian ini terjadi karena daging lobster tidak menyatu dengan cangkang, yang biasa disebut eksoskeleton.
Sebagai pelindung, cangkang tidak mengikuti pertumbuhan daging. Biasanya saat molting, lobster dalam kondisi lemah. Itu sebabnya, lobster yang molting dengan mudah dimangsa lobster lain.
Bukan hanya saat berganti cangkang. Ketika pakan atau mangsa alami berkurang, sesama lobster juga saling memangsa.
“Pakan kurang, kanibal tinggi,” ujar Nur.
Ilmu membesarkan lobster ini dipelajari Nur secara otodidak. Semua ini masih kuat dalam ingatannya.

“Saya belajar secara otodidak,” katanya. Bukan hasil pendidikan di bangku sekolah atau perguruan tinggi.
Banyak faktor yang harus ditunjang dalam budidaya ini. Menurut Nur, membudidayakan lobster di teluk yang tidak terlalu bergelombang jauh lebih baik, Survival Rate (SR) tinggi.
Namun, itu tadi, karena sifat lobster yang kanibal, jangan menempatkan lobster dalam wadah yang sama.
Nur menyarankan, untuk budidaya lobster dibuat apartemen ikan atau model shelter, yang hanya ada 1 lobster ditempat itu.
“Cari lokasi di teluk, bikin apartemen lobster, itu bisa. SR bisa tinggi,” ujar Nur.
Kendala Lain
Nur telah melakukan ujicoba dua model budidaya lobster, di kolam dan karamba.
Selain lobster memiliki sifat kanibal, kendala lainnya adalah kualitas air.
Komentar tentang post