Donggala – Tsunami yang terjadi pascagempa 7,4 SR yang terjadi pukul 18.02.44 Wita di Marana, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, tidak menerjang persisir dan pemukiman setempat.
“Setelah gempa, saya tidak mengungsi,” kata Mohamad Dong, warga Marana kepada Darilaut.id. ”Saya pergi ke bibir pantai, mengamati pergerakan air laut.”
Air laut naik, tapi tidak membentuk gelombang yang menerjang pantai. Dong mengilustrasikan kenaikan air laut di Marana, seperti orang yang meletakkan batu pada tempayan.
“Air naik seperti itu, kemudian kembali pada posisi semula,” ujar Dong.
Yang diilustrasikan Dong ini, mirip dengan teori Archimides.
Karena itu, rumah di Desa Marana bukan rusak karena tsunami. Tapi sebagian besar rusak akibat gempa dahsyat.
Di Marana, menurut Dong, terdapat beberapa lokasi yang mengalami pergeseran, baik itu di pantai dan di laut.
Rumpon (tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil) yang di lepas di perairan tersebut, sudah tidak terlihat lagi.
Tali pada rumpon tidak tegak lurus. Di permukaan, terdapat kira-kira panjang tali 100 meter yang membuat rumpon ini mengikuti arus dan gelombang laut.
“Dua rumpon ini sudah tidak terlihat lagi, masuk ke dalam laut,” kata Dong.
Dong mengatakan, di desa Marana, bagian selatan posisi tetap seperti semula. Tapi bagian utara agak anjlok atau bergeser.
Komentar tentang post